FOTO Darmansyah Hasbi. |
Menjadi
Guru melalui Sarjana Mendidik didaerah Terdepan Terluar dan Tertinggal (SM-3T)
terbukti memperkaya wawasan bagiku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu. Menjadi
Guru SM-3T tidak sekadar berkecimpung dengan sekolah dan pendidikan. Akupun
belajar memahami konteks kehidupan masyarakat, keseharian dan budaya mereka.
Belajar untuk mengenal akar rumput Indonesia dan belajar memaknai Nusantara.
Rasa-rasanya
baru bulan lalu aku dan teman-teman SM-3T diberangkatkan ke tempat penugasan,
ternyata waktu berlalu dengan cepat tak terasa sudah masuk bulan ke 9 kami
bertugas di desa masing-masing. Banyak pengalaman yang aku alami selama di Lembata.
Senang, sedih, marah, kesal, kecewa, iba, semua perasaan sepertinya pernah
menemani keseharian aku selama di Lembata.
SM-3T
telah membesarkan aku, memberikan kesempatan untuk belajar lebih banyak,
belajar untuk mencintai dan mengerti Nusantara ini. Lembata merupakan
laboratorium tempat aku bereksprimen banyak hal mulai dari pendidikan, sosial,
politik, agama dan ekonomi. Disini
banyak pelajaran yang didapat. Setiap saat di tahun ini sangat berharga, rugi
sekali kalau setiap saat itu dibiarkan berlalu begitu saja.
“Bagun
tidur sudah bulan September” itu gambaran bahwa September semakin dekat. Bulan penuh
kecewa, bahagia dan rindu. September kami akan dijemput, berakhirnya tugas
dimana PPG sudah menanti. September kami
akan meninggalkan anak-anak terbaik kami, anak-anak yang tidak akan pernah kami
lihat lagi lucu dan lugu mereka. Meninggalkan alam yang telah membesarkan kami,
orang tua yang telah merawat kami dan September pula kami akan bertemu dengan
orang-orang yang rindunya kami pendam yang setianya kami jaga. :D
Ketika
semua orang berdiri didepan kelas untuk mengajar anak-anak terbaiknya, berdiri
angkuh seolah tau segalanaya paham semuanya, merasa anak-anak yang mereka ajar
itu orang bodoh yang harus mereka beri pelajaran dengan metode klasik menakutkan.
Aku justru belajar dari mereka, dari anak-anak yang mereka katakan bodoh itu, belajar
untuk mengajar, belajar bagaimana sulitnya untuk mengenyam pendidikan, belajar
menghargai guru, belajar menghargai sebuah buku sekalipun sudah kusam tak layak
pakai, belajar untuk tidak menyontek, belajar bersyukur atas pemberian Tuhan
dan belajar menjalani hidup tanpa cela dan penghujatan.
Kalau
boleh jujur, tidak banyak yang telah dan bisa aku berika kepada masyarakat
setempat, kepada orang-orang disekitarku, tapi satu hal yang selalu aku ingat
sebuah doktrin dari seorang Ayah terbaik didunia “Kalau tidak mampu memecahkan
masalah maka jangan menjadi biang masalah” sebuah rambu-rambu yang harus selalu
aku jaga. Melaksanakan semua yang diintruksikan oleh induk tugas ini yaitu LPTK
dan Kemendikbud. Melaksanakan tugas disekolah dan juga sosial di masyarakat. Melaksanakan
program-program kreatif yang manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat, mencari bibit-bibit unggul dan menggali mutiara-mutiara tersembunyi
yang tersebar di pelosok negri. Mutiara yang akan mengisi Indonesia emas nanti.
Ingat, tugas guru tidak hanya disekolah tapi juga diluar sekolah.
Masi
ada sedikit waktu masi ada tiga bulan waktu tersisa, tiga bulan inilah yang
harus aku manfaatkan sedemikian rupa untuk berbuat lebih banyak, berbuat untuk orang
lain sehinga manfaatnya dapat aku rasakan sendiri. Aku sangat takut, kalau suatu
saat nanti seseorang akan bertanya “apa yang telah kamu perbuat selama 1 tahun
di Lembata?” pertanyaan yang pasti akan aku dengar tidak disini maka dikampung
halaman. Yang pastinya wartawan dadakan akan bermunculan pasca kami pulang,
orang-orang yang sedang menanti cerita dan informasi dari kami. Jawaban
“mengajar saja” bukanlah jawaban yang memuaskan. Pertanyaan sederhana tapi
sangat mematikan.
*************************************************
Lembata,
disinilah aku menghabiskan hari-hari
dalam hidupku, hari-hari yang penuh pertualangan dan tantangan, hari-hari
dengan nuansa romantisme tak bertepuk sebelah tangan. Bagaimana tidak, pada
kenyataannya disini aku lebih banyak belajar kepada masyarakat. Belajar
langsung kepada ahlinya. Belajar apa itu ketulusan, belajar apa itu
keterbukaan, belajar apa itu janji dan tanggung jawab, belajar berdedikasi
dalam pekerjaan, belajar apa itu kepercayaan, belajar apa itu cinta dan kasih sayang.
I Love Aceh, I Love Lembata.
****
25 Mei 2013.
Lewoleba pagi, sambil minum kopi.
M.
Darmansyah Hasbi.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !