Kota Sabang di ujung barat
Pulau terluar ibu pertiwi
Nusa Tenggara kami mendarat
Hajat mengabdi majukan negeri
Pulau terluar ibu pertiwi
Nusa Tenggara kami mendarat
Hajat mengabdi majukan negeri
Anak Aceh sudahlah datang
Jauh dari ujung Sumatera
Terima kami jangan berpantang
Kita bersatu Indonesia Raya (Wildan)
Jauh dari ujung Sumatera
Terima kami jangan berpantang
Kita bersatu Indonesia Raya (Wildan)
Hari
itu suasana haru biru 301 orang guru muda Sarjana Mendidik di daerah
Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T) dengan resmi dilepas oleh
Rektor Unsyiah Banda Aceh untuk bertugas di 3 Kabupaten seluruh
Indonesia yaitu Kepulauan Anambas, Sanggau dan Lembata, Nusa Tenggarta Timur.
Lembata merupakan tujuan SM-3T paling angker disamping masyoritas penduduknya kristen dan sangat terbelakang membuat
banyak orang enggan untuk ditempatkan disana bahkan banyak teman-teman
yang memandang sebelah mata peserta yang memilih dan terpilih di Lembata
namun dengan niat tulus untuk mendidik anak bangsa maka anggapan dan
perasaan negatif semua orang secara otomatis terabaikan.
Sebanyak
74 orang guru muda SM-3T yang akan bertugas di Lembata diberangkatkan
dari Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Banda Aceh menuju Kupang, NTT
perjalanan yang sangat melelahkan kami lewati dengan beberapa kali
transit di Medan, Jakarta dan Surabaya tetapi lelah dan bosan itu
seketika hilang ketika pesawat yang membawa kami mendarat di Bandara
Internasional Eltari-Kupang. Perasaan was-was dan penasaran muncul
bagaikan bom yang mau meledak tidak sabar rasanya ingin melihat pulau
Lembata pulau yang menjadi laboratoriumnya kerukunan umat beragama,
masyarakat di sana, calon anak didik kami, orang tua asuh nanti, sekolah
yang akan kami tempatkan dan berapa jaukah tempat itu.
Senyum
manis kami mulai terlihat setelah 8 jam berada dalam kapal besar yang
diberi nama Bukit Siguntang merapatkan badannya di pelabuhan Lewoleba.
Di pelabuhan ini, pejabat daerah telah menunggu antusias guru-guru muda asal
Aceh turun dari kapal yang membawa kami dari daratan Kupang. Dari atas
kapal kami melihat puluhan polisi bejaga-jaga termasuk serombongan
masyarakat yang berkumpul di dekat pintu keluar kapal seperti orang yang
sedang menyambut tamu kenegaraan. Kapolres dan jajarannya juga dengan
sigap membantu mengangkut barang bawaan kami. Terasa sangat dihargai.
Rombongan
disambut hangat dengan kalungan kain khas dari kepala Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Lembata. Beberapa mobil kepolisian
siap mengantarkan kami ke kantor dinas PPO. Di sana sudah menunggu para
orang tua asuh yang akan menampung kami dan Alhamdulillah semuanya
muslim.
Penyambutan
yang luar biasa, wajah riang dan senyum manis masyarakat dipelabuhan
sangat terlihat bahwa mereka senang dengan kedatangan kami seolah mereka
berucap “Dipundak kalain guru dari Aceh kami menaruh harapan untuk kemajuan Kabupaten ini”.
Harapan mereka merupakan harapan kami juga termasuk harapan bangsa
Indonesia, kami ingin mereka bisa merasakan enaknya sekolah seperti yang
dirasakan oleh anak-anak lain dipenjuru Indonesia setidaknya pendidikan
yang kami rasakan di Aceh juga mereka rasakan di sini.
Perjalanan dari Pelabuhan ke kantor Dinas pendidikan dengan mobil polisi punya kesan tersendiri dengan penuh haru. “selamat datang guru” sekilas terdengar dari pinggir jalan tempat berkumpulnya masyarakat yang menunggu kedatangan kami, sekilas kami tertawa senang seperti ada bungan-bunga di kepala kami. Bahagia banget pokonya.
Ada yang unik di diacara jamuan penyambutan oleh dinas PPO setempat, “jagung bose”
makanan khas masyarakat Lembata berupa bubur jagung dan
kacang-kacangan. Makanan ini boleh dimakan dengan lauk ikan dan sayur
layaknya makan nasi biasa. makanan dari jagung yang mirip kolak basah
kalau di Aceh menjadi santapan faforit kami, hampir semua teman-teman
memilih untuk mencicipi makanan jangung bose ketimbang makan nasi yang
juga disediakan, ingin tau dan merasakan cetus teman-teman. Malam itu
juga bapak asuh sudah menjumput kami dan para mamakpun sudah menunggu
dirumah dengan masakan khas Lembatanya juga, sudah kenyang tapi wajib
untuk dicicipi demi menghargai. Sungguh penyambutan yang luar biasa.
Harus bilang WAW dan sesuatu banget dehh.
Besok
paginya kami diterima oleh Bupati Kabupaten Lembata secara resmi dengan
penuh kehangatan yang dihadiri oleh kepala sekolah, pengawas sekolah
dan Muspida Plus yang diakhiri dengan penampilan tarian penangkapan ikan paus yang merupakan tarian tradisional masyarakat Lembata tidak mau kalah guru muda Aceh juga menampilkan tarian Ratep Meusekat yang
dibawakan oleh 9 guru perempuan dan dua orang syeh dan dilanjutkan
dengan penyerahan cendra mata khas Aceh kepada Bupati dan Kadis PPO.
lengkap
sudah acara penyambutan guru-guru muda dari Serambi Mekkah negeri
bertuah nan sejahtra. Kami akan merindukan Lembata, Terimakasih atas
semuanya.
*dipuncak rumah dengan harapan sinyal modempun ramah.Sumber :
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !