SURAT UNTUK PRESIDEN - PPG SM-3T UNP
News Update:
Home » » SURAT UNTUK PRESIDEN

SURAT UNTUK PRESIDEN

Written By irfandani06 on Wednesday, May 16, 2012 | 10:19 AM

Laporan:  Samiaji Sapto Wibowo, S.Pd Peserta SM-3T Kab. Aceh Timur Alumni Jurusan Pendidikan Geografi 


Jum’at 04 Mei 2012, tepat pukul 14.00 WIB pembelajaran di SMPN 2 Simpang Jernih dimulai tanpa ada suara bel maupun lonceng sebagai pertanda masuk jam pelajaran. Seperti hari-hari sebelumnya, sekarang dan mungkin yang akan datang, jumlah guru yang mengajar di sekolah ini hanya 2 orang yaitu saya dan Pak Jamin Pinem seorang “Batak Karo” ahli madya Jurusan Manajemen Informatika yang mau mengabdi sebagai guru bhakti di sekolah ini.
Hari ini saya mengajar di kelas 2, dari 40 siswa yang terdaftar di Dinas Pendidikan dan hanya 16 siswa yang aktif mengikuti pembelajaran, hari ini hanya ada 8 siswa yang masuk sekolah. Sisanya ada yang membantu orang tua panen di sawah, membantu menebang pohon di hutan bahkan sebagian lagi sedang tidur siang karena semalaman mereka begadang menonton pesta pernikahan warga  sampai jam 04.00 pagi. Keadaan seperti ini sudah cukup lumayan dibandingkan hari-hari sebelumnya yang hanya dihadiri oleh dua, tiga bahkan tidak ada sama sekali siswa yang masuk sekolah.

Siang ini bukanlah pelajaran geografi ataupun IPS yang saya ajarkan melainkan pelajaran Bahasa Indonesia. Inilah sebuah resiko yang harus saya tanggung, dengan tidak adanya guru otomatis saya harus bisa mengajarkan semua mata pelajaran yang ada disekolah padahal latar belakang saya adalah geografi.
Masih agak lumayan latar belakang saya sebagai lulusan dari program kependidikan, bandingkan dengan Pak Jamin Pinem yang lulusan D3 Manajemen Informatika tetapi dia harus bekerja sebagai guru mata pelajaran.
Materi yang saya ajarkan pada pertemuan kali ini adalah materi tentang membuat surat resmi. Seperti biasa pembelajaran dimulai dengan do’a bersama, setelah selesai berdo’a saya pun mulai melakukan kegiatan pembelajaran. Sebelum saya menjelaskan tentang pengertian, struktur ataupun contoh surat resmi, saya memulai pembelajaran dengan bertanya kepada siswa “Apakah kalian tahu apa itu surat resmi?”. Detik demi detik pun berlalu, seperti hari-hari sebelumnya setiap kali saya mengajukan pertanyaan diawal pelajaran suasana kelas sangat hening tidak ada suara sedikitpun yang keluar dari siswa dan siswi saya ini. Hanya terdengar suara Pak Jamin Pinem dengan logat “Batak”nya yang kental sedang menerangkan dikelas sebelah.
Saya pun mengajukan pertanyaan yang kedua “Apakah diantara kalian ada yang pernah membuat surat?”, suasana pun hampir sama seperti saya mengajukan pertanyaan yang pertama tadi, hanya ada suara pak Jamin dan suara buku yang dibulak-balik oleh siswa seolah-olah sedang mencari jawaban.


Finally, saya mengajukan pertanyaan yang ketiga, “Apakah diantara kalian ada yang pernah membuat surat cinta?”, keadaan pun 1800 berbeda dengan pertanyaan pertama dan kedua, semua siswa saling mengeluarkan suara yaitu suara bersifat tuduhan terhadap teman-teman yang lainnya “Sumaidi pak” kata Darwin, lalu Sumaidi pun tak mau kalah dia pun menjawab “Samila Pak, dia suka ngirimi abang saya surat cinta pak” ejek Sumaidi kepada Samila. Sontak keadaan kelas pun menjadi ramai walaupun hanya dengan 8 orang siswa.
Setelah suasana kembali kondusif, saya pun memulai menjelaskan tentang surat resmi. Singkat cerita selesailah saya menjelaskan materi, kemudian saya menugasi siswa dan siswi saya untuk membuat satu surat resmi yang maksud dan tujunannya bebas sesuai dengan keinginan siswa. Menit demi menit pun berlalu, akhirnya siswa dan siswi pun selesai mengerjakan tugas mereka. Saya pun meminta siswa untuk membacakan hasil tugas mereka di depan kelas.  
Isi surat siswa pun bermacam-macam, ada yang membuat surat untuk kepala desa, membuat surat kepada perusahaan bahkan ada siswa yang membuat surat “lagi-lagi” surat cinta, padahal yang saya tugaskan adalah surat resmi. Tetapi ada salah seorang siswi yang membuat saya heran sekaligus kagum. Amila itulah nama siswi yang membuat saya kagum pada dia. Bukan karena paras maupun sifat dia, melainkan dari surat yang baru saja dia bacakan di depan kelas. Disaat yang lain membuat surat yang ditujukan kepada perusahaan ataupun kepala desa tetapi dia membuat suatu yang lebih sensasional menurut saya, dia membuat surat yang ditujukan kepada Bapak Presiden Republik Indonesia. Isi suratnya pun cukup singkat dan jelas, yaitu dia meminta bantuan kepada Bapak Presiden untuk dapat membuatkan titi gantung (Jembatan Gantung) di desa mereka (desa Melidi). Berikut ini adalah isi dari surat Amila itu:

Yth. Bapak Presiden RI
Di Jakarta
Dengan Hormat,

Semoga kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan selalu mengiringi Bapak. Dengan ini saya yang bernama Amila SMPN 2 Simpang Jernih Kec. Simpang Jernih untuk meminta bantuan untuk diadakan titi gantung di Melidi kec. Simpang Jernih ini.
Dengan adanya titi gantung kami bisa aktif untuk sekolah, karena sekolah kami ada di sebelah gampong kami desa itu dinamakan Perjut. Kami ke Perjut harus melewati sungai besar. Sekarang ini kalau air sungai kecil kami bisa sekolah di seberang, tapi kalau air besar kami gak bisa sekolah.
Dari karena itu saya mohon kepada Bapak untuk memberikan bantuannya untuk mengadakan titi gantung di gampung Melidi. Semoga hal ini dapat Bapak maklumi. Demikianlah atas perhatian Bapak saya ucapakan terima kasih.

Wassalam
Hormat saya


Amila  

Itulah petikan surat yang dibuat oleh seorang siswi yang sangat prihatin akan keadaan sarana dan prasarana yang ada di desanya. Keinginannya cukup sederhana, dia dan kawan-kawan yang lainnya ingin bersekolah di gedung sekolah SMPN 2 Simpang Jernih yang memang disitulah seharusnya mereka belajar. Bukan seperti sekarang ini, disaat air sungai sedang meluap mereka secara terpaksa harus melakukan kegiatan pembelajaran dengan menumpang di gedung SDN Melidi yang letaknya di sekitar pemukiman warga.
Mungkin ini sedikit konyol, bahkan mungkin diantara kita akan bertanya “Kenapa susah amat sih, sekolah di gedung SD aja kan sama saja?”, tapi tidak demikian dengan siswa disini, mereka sangat ingin dan bahkan akan sangat bersemangat apabila mereka bersekolah di gedung yang seharusnya mereka tempati. Salah satu alasan kenapa belakangan ini banyak siswa yang tidak mau sekolah yaitu karena mereka merasa tidak bersemangat apabila bersekolah di gedung SDN Melidi, mereka ingin bersekolah di gedung SMPN 2 Simpang Jernih walaupun untuk menuju ke sekolah mereka harus menyebrangi sungai dan harus berjalan kaki sejauh 2 Km.

Sumber: http://fpips.upi.edu
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !


New Creation Live Radio
by. Infokom PPG SM-3T UNP



Radio Streaming PPG SM-3T UNP




 
Redaksi : Tentang Kami | Iklan | Ketentuan | Address: Kampus II UNP, Lubuk Buaya, Padang | 25173 | Sumatera Barat | Phone: 085263220740 | Email: mail@sm3t-unp.org