Guru SM-3T Aceh gelar Israk Mikraj di Lembata

SARJANA Mendidik di daerah Terdepan terluar dan Tertinggal (SM-3T) Aceh di Kabupaten Lembata -NTT menyelenggarakan peringatan Israk Mikraj 1434 H/2013 M, Kamis (6/6) bertempat di Masjid Nursalam Lewoleba.

Hadir dalam kegiatan tersebut pejabat Pemerintah kabupaten Lembata, Sekdis Dinas PPO, masyarakat setempat serta para guru SM-3T sendiri. Pada peringatan Isra mi’raj kali ini turut hadir Tgk. Aris Jainuri, S.Pd yang juga Ketua Koordinator SM-3T Aceh-Lembata bertindak selaku penceramah rohani dalam acara tersebut.

Teuku Safrizal, S.Pd wakil ketua SM-3T Aceh-Lembata dalam sambutannya berharap, melalui peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW para guru SM-3T dan seluruh masyarakat dapat mengambil pelajaran dari peristiwa besar dan luar biasa tersebut. Perjalanan spiritual seorang Nabi ini menjadi istimewa, selain karena luar biasa juga karena kesempatan itu adalah kali pertama manusia mendapat perintah untuk shalat lima waktu.

Pengerjaan shalat inilah kemudian diharapkan dapat berimbas kepada guru SM-3T dalam meningkatkan etos, motivasi dan semangat pengabdian kepada bangsa dan negara melalui pendidikan.

Dalam ceramahnya, Tgk. Aris Jainuri, S.Pd. menguraikan tentang makna dan hikmah pelaksanaan shalat, yaitu mendidik umat manusia untuk berdialog, bersatu, serta memiliki karakter dalam membangun kedisiplinan dan kejujuran sebagaimana shalat itu sendiri.

Dikatakannya, ibadah yang baik harus berdampak pada pelakunya agar sehingga menjadi pribadi yang soleh. Seseorang yang melakukan shalat lima waktu sangat jelas berbeda dengan yang lain, yakni tercermin dalam sikap, sifat, perilaku dan tutur kesehariannya.

Lebih jauh Tgk. Aris Jainuri, S.Pd yang sekaligus sebagai pimpinan SM-3T Aceh-di Lembata ini menegaskan bahwa, Allah SWT menyebut manusia di dalam Al-Qur’an dengan kata (kalimat) yang berbeda-beda. Pertama manusia sebagai Al-Basyar atau makhluk biologis. Kedua, manusia sebagai An-Nas yang berarti makhluk sosial yaitu makhluk yang memerlukan orang lain.

Ketiga, manusia sebagai Bani Adam yang berarti makhluk yang diunggulkan dengan makhluk lain dari segi penciptaan, perlakuannya, fasilitasnya dan kelebihan-kelebihan lainnya. Dan yang keempat Allah menyebut manusia dengan sebutan Al-Insan yaitu manusia sebagai makhluk yang memiliki jiwa, roh dan tanggungjawab serta sekaligus akan dimintai pertanggungj awabannya atas semua kesempurnaan yang dimilikinya.[]

Sumber