Simeulue, (Analisa). Masyarakat Kabupaten
Simeulue Aceh sangat mengharapkan agar program Sarjana Mendidik di
daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal dapat dilanjutkan.
Program Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan Universitas Negeri Medan ini
sangat membantu menyelesaikan persoalam kekurangan guru yang terjadi di
hampir seluruh sekolah di Sinabang dan telah berlangsung
bertahun-tahun.
Demikian disampaikan Sekda Kabupaten Simeulue Naskah bin Kamar ketika menerima kunjungan tim Monitoring dan Evaluasi SM3T di ruang kerjanya, Kamis (26/4).
Sekda yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Simeulue Drs Arsin Rustam, Wakil Ketua PGRI Idris K dan tokoh pendidikan lainnya menyampaikan, persoalan kekurangan guru di kepulauan Simeulue mengakibatkan kualitas pendidikan semakin tertinggal dari daerah lain.
Bahkan awalnya kami mengusulkan penambahan guru sebanyak 1200 orang dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA. Tapi belum dapat terealisasi. Padahal kekurangan guru menengah atas di daerah ini berkisar 800 orang.
"Karenanya program SM-3T ini sangat membantu persoalan kekurangan guru," ungkapnya.
Padahal dulu Simeulue yang menjadi sentra penghasil cengkeh dan kerbau ini, ungkap Naskah, cukup banyak putra daerahnya yang berhasil mengenyam pendidikan di universitas ternama di Sumatera maupun Jawa dan menduduki jabatan strategis.
"Setelah bencana Tsunami yang melanda Aceh, Minggu 26 Desember 2004 lalu. Ternyata Aceh mengalami badai yang cukup memprihatinkan, yaitu tsunami pendidikan," ungkapnya.
Bangunan Memadai
Diakui Sekda, sekalipun hampir semua bangunan sekolah baik di tingkat SD, SMP dan SMA di Simeulue cukup memadai dan layak untuk proses pendidikan, karena dibangun pasca terjadinya bencana Tsunami. Akan tetapi karena persoalan kekurangan guru belum dapat diatasi, sehingga mutu pendidikan di Simeulue jauh tertinggal dengan daerah lain.
Oleh karena itu, kehadiran SM-3T di Simeulue sangat membantu pemerintah daerah terutama untuk mengentaskan persoalan pendidikan. Dengan demikian, tegasnya, atas nama masyarakat Simeulue sangat mengharapkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar program sarjana mendidik ini dapat terus dilanjutkan.
Kami sangat yakin, kata Sekda, kehadiran SM-3T selain memacu semangat belajar siswa untuk mengejar ketertinggalan pelajaran, juga yang terpenting akan menggugah semangat guru-guru yang selama ini mengabdi karena mendapatkan beberapa inovasi pembelajaran.
Tim Monitoring dan Evaluasi Ditjen Dikti, Ganefri P.hD didampingi Wakil Sekretaris Pelaksana Program SM-3T Unimed Dr Sanusi Hasibuan M.Kes, Dr KMS Amin Fauzi M.Pd, Kepala BAUK Unimed Mangasi Siregar SH dan Riyanto menyampaikan, sebanyak 244 sarjana pendidikan ditempatkan di Simeulue untuk mendidik putra-putri bangsa.
"Program ini dilaksanakan Unimed yang mendapat kepercayaan dari Kemendiknas untuk menyelenggarakan program ‘Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia," ungkap Ganefri.
"Dengan pengabdian langsung ini juga akan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme sarjana kita untuk bersama membangun negeri ini menjadi lebih baik," ungkapnya. (rmd)
Demikian disampaikan Sekda Kabupaten Simeulue Naskah bin Kamar ketika menerima kunjungan tim Monitoring dan Evaluasi SM3T di ruang kerjanya, Kamis (26/4).
Sekda yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Simeulue Drs Arsin Rustam, Wakil Ketua PGRI Idris K dan tokoh pendidikan lainnya menyampaikan, persoalan kekurangan guru di kepulauan Simeulue mengakibatkan kualitas pendidikan semakin tertinggal dari daerah lain.
Bahkan awalnya kami mengusulkan penambahan guru sebanyak 1200 orang dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA. Tapi belum dapat terealisasi. Padahal kekurangan guru menengah atas di daerah ini berkisar 800 orang.
"Karenanya program SM-3T ini sangat membantu persoalan kekurangan guru," ungkapnya.
Padahal dulu Simeulue yang menjadi sentra penghasil cengkeh dan kerbau ini, ungkap Naskah, cukup banyak putra daerahnya yang berhasil mengenyam pendidikan di universitas ternama di Sumatera maupun Jawa dan menduduki jabatan strategis.
"Setelah bencana Tsunami yang melanda Aceh, Minggu 26 Desember 2004 lalu. Ternyata Aceh mengalami badai yang cukup memprihatinkan, yaitu tsunami pendidikan," ungkapnya.
Bangunan Memadai
Diakui Sekda, sekalipun hampir semua bangunan sekolah baik di tingkat SD, SMP dan SMA di Simeulue cukup memadai dan layak untuk proses pendidikan, karena dibangun pasca terjadinya bencana Tsunami. Akan tetapi karena persoalan kekurangan guru belum dapat diatasi, sehingga mutu pendidikan di Simeulue jauh tertinggal dengan daerah lain.
Oleh karena itu, kehadiran SM-3T di Simeulue sangat membantu pemerintah daerah terutama untuk mengentaskan persoalan pendidikan. Dengan demikian, tegasnya, atas nama masyarakat Simeulue sangat mengharapkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar program sarjana mendidik ini dapat terus dilanjutkan.
Kami sangat yakin, kata Sekda, kehadiran SM-3T selain memacu semangat belajar siswa untuk mengejar ketertinggalan pelajaran, juga yang terpenting akan menggugah semangat guru-guru yang selama ini mengabdi karena mendapatkan beberapa inovasi pembelajaran.
Tim Monitoring dan Evaluasi Ditjen Dikti, Ganefri P.hD didampingi Wakil Sekretaris Pelaksana Program SM-3T Unimed Dr Sanusi Hasibuan M.Kes, Dr KMS Amin Fauzi M.Pd, Kepala BAUK Unimed Mangasi Siregar SH dan Riyanto menyampaikan, sebanyak 244 sarjana pendidikan ditempatkan di Simeulue untuk mendidik putra-putri bangsa.
"Program ini dilaksanakan Unimed yang mendapat kepercayaan dari Kemendiknas untuk menyelenggarakan program ‘Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia," ungkap Ganefri.
"Dengan pengabdian langsung ini juga akan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme sarjana kita untuk bersama membangun negeri ini menjadi lebih baik," ungkapnya. (rmd)
Sumber:
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !